Kamis, 06 Desember 2007

Akhir-akhir ini sering kita mendengar buku The Secret yang cukup kondang di luar negeri dan mulai diperbincangkan orang2 Indonesia terutama di kantor2, dan filmnya juga bagus katanya. Di kantor sayapun, sempat menghadirkan pembicara dari luar (maksudnya dari luar kantor-red) yg ngomong the law of atraction, katanya keinginan saya, anda... apapun... dan siapapun pasti bisa dicapai:-).
Kini Erbe Sentanu coba menulis bukunya dengan judul Quantum Ikhlas yang merupakan kunci rahasia dari The Secret. Sebuah terobosan dan kontribusi yang sangat berharga terhadap kajian motivasi, psikologi dan spiritualitas.

Berikut cuplikan dari bukunya yang tercatat masuk best seller di Indonesia...
Kebanyakan orang meyakini bahwa dalam hidup ini ia harus berjuang meraih semua keinginannya dengan berusaha keras, membanting tulang hingga tetes darah penghabisan. Padahal tuntunan agama menjanjikan berbagai kemudahan atau kesuksesan akan datang menghampiri jika dalam ikhtiarnya manusia berhasil bersyukur, menikmati prosesnya, dan menyerahkan seluruh urusan dan kepentingan hanya kepada Tuhan. Inilah kompetensi ikhlas.Ikhlas sebagai keterampilan atau skill, yang lebih bercirikan silent operation dari pikiran dan perasaan yang "tak tampak" namun sangat powerful itu. Ikhlas yang bukan hanya diucapkan di bibir atau dipikirkan di kepala, melainkan keterampilan untuk menciptakan "peristiwa keikhlasan" di dasar hati terdalam. Di tingkat kuantum. Oleh karena hanya dengan kualitas keikhlasan yang benar-benar terasa di hati dan terukur secara objektif inilah kita akan mampu mengarungi kehidupan dengan penuh keyakinan. Dengan suatu kepastian sukses yang melampaui rasio pikiran, namun "terdengar" begitu jelas di hati.Jadi, sebelum Anda tergesa melakukan sesuatu untuk mengubah nasib menuju yang lebih baik, ada baiknya untuk sejenak bertafakur merenungkan apa sebenarnya unsur quanta dari kondisi nasib yang ingin Anda ubah itu.Nasib seseorang mencerminkan karakternya. Sementara karakter orang itu berasal dari semua kebiasaan serta tindakannya. Dan tindakannya berasal dari pikirannya yang bermuara dari perasaannya. Nasib, karakter, kebiasaan dan tindakan adalah sesuatu "yang tampak". Sementara pikiran dan perasaan adalah energi kuantum "yang tak tampak".Kenyataan kuantum ini mengatakan: Anda bisa "mengatur" perasaan Anda untuk mengubah nasib Anda. Otomatis!Jika Anda beruntung, di sekitar Anda ada beberapa orang yang terampil menerapkan sikap ikhlas dalam hidupnya. Di mana Anda sering takjub mendengar keajaiban yang mereka alami dalam lingkungan sosial dan keluarganya, keberuntungan yang mereka temukan dalam bisnis, juga berbagai hal yang sepertinya tak masuk akal. Tapi semua itu bisa dimengerti, karena begitu kita mengikhlaskan sesuatu, maka kita telah menyerahkan hal itu kepada Allah Yang Maha Kuasa sehingga kecerdasan Tuhanlah yang bekerja pada diri kita dengan mekanisme yang sulit dipahami oleh pikiran manusia.Ketika manusia benar-benar ikhlas, saat itulah doa dan niatnya "berjabat tangan" melakukan kolaborasi dengan energi vibrasi quanta. Sehingga, melalui mekanisme kuantum yang tak terlihat, kekuatan Tuhanlah yang sebenarnya sedang bekerja. Jika sudah demikian, siapakah yang mampu menghalangi-Nya?

Sabtu, 01 Desember 2007

Mimpi jadi Entrepreneur


Banyak di antara kita, yang ingin bekerja pada perusahaan orang lain, sebagai karyawan. Apakah itu karyawan perusahaan swasta maupun pegawai negeri. saya kira alasannya, kita tentu sudah tahu semua, yaitu sebagai karyawan yang dibutuhkan adalah keamanan. Setiap bulan ada kepastian terima gaji. Setelah tua dapat pensiun.
Mengapa tidak tertarik untuk menjadi entrepreneur. Saya kira, hal itu karena di antara kita banyak yang tidak siap menghadapi risiko atau lebih tepat disebut suka menjauh dari risiko. Sehingga, tidak mengherankan, banyak di antara kita yang kemudian takut untuk menjadi entrepreneur.
Karena inginnya aman-aman saja, saya kira itu sebabnya mengapa yang sudah jadi karyawan pun sulit untuk berubah menjadi entrepreneur. Oleh karena itu, saya mengajak bagaimana kalau kita menjadi entrepreneur. Menurut saya, jika kita punya tekad besar, tak mustahil hal itu akan terwujud. Saya yakin, kita akan lebih bangga, karena kita akhirnya punya banyak karyawan, dan bisa menggaji mereka, cobalah kita jalani.
Pemikiran saya ini memang beda dengan saat kita sekolah dulu. Dimana setelah kita lulus nanti, mencari kerja, lalu bekerja keras, dan terus mendapatkan uang. Setelah uang itu kita raih, uang itu kita tabung. Jadinya, kita tak pernah belajar bagaimana untuk berani mengambil risiko. Kita tak pernah belajar bagaimana untuk berani membuka usaha. Tapi sebaliknya, kita justru lebih diajarkan bagaimana kita bisa mencari pekerjaan pada perusahaan orang lain atau istilah lain, menggantungkan nasib kita pada orang lain. Akhirnya apa yang terjadi, kalau dia terkena PHK. Akibatnya, mereka pun menganggur.
Saya justru berpendapat, bahwa sistem pendidikan kita semestinya tidak seperti itu. Tapi sebaliknya, sistem pendidikan kita seharusnya mengajarkan bagaimana kita bisa mandiri. Oleh karena itulah, menurut saya, di era otonomi sekarang ini tak ada salahnya kalau kita mau membangun mental dan emosi kita. Kita harus pula selalu punya keberanian mengambil risiko. Kita tidak seharusnya takut membuat kesalahan, dan kita tidak seharusnya takut untuk gagal. Saya yakin, dengan begitu kita akan lebih punya keberanian membuka usaha.
Bahkan, menurut Robert Kiyosaki, penulis best seller "Rich Dad Poor Dad", agar kita bisa menjadi pengusaha, maka kita harus punya mimpi. Kita harus punya tekad besar, kemauan untuk belajar, dan punya kemampuan menggunakan dengan benar aset kita yang tak lain merupakan pemberian Tuhan.
Itu sebabnya, mengapa banyak orang di sekitar kita yang tidak tertarik untuk memiliki bisnis sendiri. Jawabannya, dapat disimpulkan dalam satu kata: Resiko. Yah, takut menghadapi risiko. Sehingga, mental dan emosi kita hanya ingin aman-aman saja.
Oleh karena itu, kenapa kita tidak mau mencoba menjadi pengusaha. Kalau kita punya mimpi dan tekad besar, saya berkeyakinan, kita bisa menjadi entrepreneur. Apalagi, kalau kita mau merubah mental dan emosi kita yang selama ini inginnya selalu menjadi karyawan. Mental dan emosi untuk selalu aman menerima gaji, seharusnya kita ubah menjadi mental dan emosi untuk bisa memberi gaji. Anda berani mencoba?

Kaya Ide, Miskin Keberanian

Ada sebuah pertanyaan menarik dari seorang peserta "Entrepreneur University" angkatan ketiga saat mengikuti kuliah perdana pekan lalu. "Saya begitu banyak sekali ide bisnis, tapi nyatanya tak ada satu pun ide bisnis itu terealisir. Akibatnya, saya hanya sekadar kaya ide, tapi bisnis tak ada?", tanya peserta yang kebetulan ibu-rumah tangga itu.
Saya kira, pertanyaan atau kejadian seperti itu tak hanya dialami oleh ibu tadi, tapi juga cukup banyak dialami oleh kita semua, bahwa yang namanya ide bisnis itu ada-ada saja. Tapi, yah hanya sekadar ide bisnis, sementara bisnisnya nol atau tak terwujud sama sekali. Terkadang ide yang tidak kita realisir justru sudah dicoba lebih dulu oleh orang lain. Dalam konteks ini, saya berpendapat, sebenarnya untuk membuat bisnis, memang dibutuhkan ide. Hanya saja, karena kita hanya kaya ide, namun miskin keberanian untuk mencobanya, maka yang berkembang adalah idenya, sedang bisnisnya nol.
Menurut saya, miskinnya keberanian itu bermula ketika kita mendapat pendidikan di sekolah atau di bangku kuliah, yang kita dapat hanyalah teori semata. Jadi, kita terlalu banyak berteori, tapi miskin praktek. Akibatnya, ketika kita kaya ide, miskin keberanian. Artinya, kalau kita hanya menguasai teori, namun kalau tidak bisa dipraktekkan, maka ide bisnis sehebat apapun akan sulit jadi kenyataan. Yah, seperti halnya, kita belajar setir mobil. Kalau kita hanya tahu teorinya, tapi tak pernah mencoba atau mempraktekkannya, tentu tetap tidak bisa setir mobil.
Jadi, saya kira, persoalannya adalah terletak pada, bagaimana kita yang semula hanya kaya teori atau hanya sekadar bermain logika atau istilah lainnya hanya mengandalkan otak kiri, kemudian bisa berpikir atau bertindak dengan otak kanan, Saya yakin, jika kita mampu juga menggunakan otak kanan, maka seperti pada saat kita setir mobil. Serba otomatis, tidak lagi harus dipikir, semua sudah di bawah sadar kita.
Kalau pun, di saat kita praktek setir mobil atau mempraktekkan teori kita itu, terjadi berbagai kendala, seperti: di saat kita memasukkan mobil ke garasi, mobil kita sedikit rusak karena nyenggol pagar misalnya, saya kira nggak masalah. Begitu juga, ketika kita kecil belajar bersepeda, mengalami jatuh beberapa kali, itu sudah biasa. Tapi, akhirnya, bisa juga kita naik sepeda. Artinya, kita baru bisa naik sepeda setelah pernah mengalami jatuh beberapa kali.
Di bisnis, saya kira itu juga sama. Kita harus ada keberanian untuk jatuh dan bangun. Sebaliknya, kalau tidak ada keberanian seperti itu, bisnis sekecil apapun tak akan ada. Dan, kalau kita biarkan ide bisnis itu, akibatnya kita hanya kaya ide bisnis, tapi miskin duitnya. Saya yakin, engan keberanian itulah akan mendatangkan duit. Oleh karena itulah, menurut hemat saya, lebih baik kita berani mencoba dan gagal dari pada gagal mencoba. Anda berani mencoba?

Ketemu OSAMA


Nah ini dia salah satu benefit lain dari pergi haji, di sana semua muslim bersaudara nggak ada lagi itu batas2 negara, etnis, apalagi suku... yang penting Islam dan dia pada posisi yang benar wajib kita bela.
Ini memang orang2 Afganistan yang sedang pergi haji, lihat wajah mereka mirip kan dengan Osama bin Laden, apa lagi yang sebelah kanan gue... makanya gue panggil dia OSAMA. Bercerita dia keadaan Afganistan sejak dari zaman Sardar Moh.Daud kemudian Jatuh ke Babrak Karmal (si-boneka Uni Soviet), pejuangTaliban... dst. Mereka adalah bangsa yang tidak pernah takut berperang dengan bangsa manapun walaupun dengan persenjataan sederhana seperti AK-47, Jihadnya membuat Uni Soviet frustasi dan akhirnya menarik 120.000 tentaranya dari sana. Sempat kenalan dan mereka minta foto bareng dan tukaran alamat, sayang mereka gak punya email... jadi permintaannya agar foto bisa dikirim belum dilakukan.

Tanda-Tanda Kebesaran Allah

Ini adanya di Jerman...




Haji bersama UJE-Ustadz Jefri


Labbaik Allahumma labbaik... Alhamdulillaah kami telah Engkau beri kesempatan menunakan rukun Islam yang ke-5. Sungguh bersyukur dan terharu ternyata Engkau sangat sayang kepada kami ya Allah, cita-cita kami telah Engkau penuhi.
Pada saat berangkat haji ini (2005), terpaksa mami (panggilan untuk istri) gak bisa mendampingi, karena rupanya mami sedang mengandung Nabila, si kecil yang bercita-cita jadi SpOG dan sekarang sdh berumur 2 1/2 tahun. Jadi pada saat terakhir terpaksa dicancel keberangkatannya... kan orang hamil gak boleh divaksinasi meningitis, padahal meningitis itu 'wajib' bagi calhaj. Jadi nggak berani ngambil resiko deh... lagian mami kan sdh pernah ke sana.
Sekarang Ustadz Jefri Al Bukhori sudah terkenal, bersama dengan teman2 alumni hajiku bikin Uje Center di bilangan Fatmawati Jaksel. Jadi bagi anda yang ingin pergi haji atau umrah bersama beliau bisa daftar di sini.

Jumat, 23 November 2007

Menghitung Perkiraan Biaya Pendidikan

Sebentar lagi kesibukan ortu akan datang, baik sibuk mondar-mandir cari sekolah yang bagus, maupun sibuk menyiapkan dana buat anak sekolah (bagi yang punya tabungan gede plus tajir... forget it..he..he).
Nah bagi yang anda yg punya anak kecil sekitar 3th, kudu nyiapin fulus nih, agar terhindar pinjam sana-sini, jual barang, atau menggadaikan sesuatu pada saatnya tiba..

Berikut kutipan dari Safir Senduk
Ketika beberapa hari lalu saya berbicara di sebuah seminar di Surabaya, saya kaget ketika seorang peserta seminar bercerita tentang mahalnya biaya masuk kuliah dari sebuah perguruan tinggi di Surabaya. Jumlahnya tidak usah saya ceritakan berapa, tapi yang jelas sangat mahal. Padahal, itu baru uang masuknya doang.
Hal ini membuat saya semakin yakin bahwa yang namanya Biaya Pendidikan harus dipersiapkan sejak sekarang. Betul, memang tidak semua Biaya Pendidikan itu mahal. Bervariasinya bentuk sekolah, terutama sekolah yang jenjangnya sudah cukup tinggi seperti Sekolah Tinggi, Akademi atau Universitas, membuat tidak semua standar biaya bisa sama. Jangankan pendidikan tinggi, jenjang sekolah yang lebih rendah seperti SD, SMP dan SMU saja bisa bervariasi biayanya satu sama lain. Itulah karenanya beberapa di antara Anda ada yang merasa mampu untuk membayar biaya pada Sekolah A, tetapi tidak mampu untuk membayar biaya pada Sekolah B yang harganya lebih mahal.
Namun demikian, perlu diketahui bahwa bukan berarti Sekolah A yang biayanya dinilai murah tersebut akan tetap sama murahnya pada tahun-tahun mendatang. Ini karena yang namanya Biaya Pendidikan pasti akan naik terus dari tahun ke tahun. Jadi, kalaupun sekarang ada sekolah yang biaya pendidikannya dirasa tidak mahal, tetapi karena biaya tersebut naik terus tiap tahun, jatuh-jatuhnya pasti mahal.
Saya beri contoh sederhana saja: anggap saja sekarang anak Anda berusia 3 tahun. Pertanyaannya gampang, kalau sekarang Uang Pangkal SMU adalah Rp 4 juta, dan usia rata-rata seseorang masuk SMU adalah ketika pada usia 15 tahun, apakah nantinya Anda akan membayar jumlah yang sama ketika nantinya anak Anda masuk SMU sekitar 12 tahun lagi?
Pasti beda, karena nantinya Biaya Pendidikan tersebut pasti akan jauh lebih mahal.
CARA MENGHITUNG
Lalu, bagaimana cara Anda bisa menghitung dan memperkirakan jumlah Biaya Pendidikan anak Anda kelak kalau biaya pendidikan selalu naik dari tahun ke tahun? Kan, Anda tidak tahu berapa persen jumlah kenaikannya setiap tahun?
Betul. Kita memang tidak bisa memperkirakan dengan pasti berapa jumlah Biaya Pendidikan anak kita kelak. Yang bisa kita lakukan adalah dengan menggunakan asumsi tertentu, dan berharap supaya pengandaian tersebut tidak meleset. Sebagai contoh, kita bisa menggunakan asumsi bahwa setiap tahun Biaya Pendidikan akan selalu naik sebesar 10 persen setiap tahun. Rata-rata.
Dengan demikian, kalau misalnya Uang Pangkal masuk SMU pada saat ini adalah Rp 4 juta, tahun depan bisa diperkirakan bahwa Uang Pangkal tersebut akan menjadi Rp 4.400.000,-. Darimana angka itu didapat? Gampang: Rp 4 juta + (10% x Rp 4 juta) TINGGAL DIKALIKAN
Sebetulnya, selain cara di atas, Anda juga bisa memakai rumus: Rp 4 juta X 1,1.
Lho, kok 1,1? Dapat dari mana itu? Oh, itu sih cuma matematika sederhana. 1,1 kan sama dengan 10% di atasnya 100%. Jadi, 1,1 itu adalah bentuk desimal agar Anda lebih cepat dalam melakukan perkalian memperkirakan jumlah Biaya Pendidikan.
Tapi kalau Anda mau pakai pengandaian kenaikan Biaya Pendidikan 20% per tahun, maka Anda bisa menggunakan bentuk desimal 1,2. Kalau asumsi kenaikan Biaya Pendidikannya adalah 30% per tahun, gunakan bentuk desimal 1,3. Begitu seterusnya.
Nah, kembali ke contoh kenaikan 10% dalam satu tahun, maka apabila tahun ini Uang Pangkal masuk SMU adalah Rp 4 juta, maka tahun depan angka tersebut diperkirakan menjadi: Rp 4 juta x 1,1 = Rp 4.400.000.
Itu untuk tahun depan. Kalau untuk dua tahun ke depan bagaimana? Anda bisa melakukan perkalian tersebut diatas dengan cara mengulangnya sampai dua kali, seperti ini: Rp 4 juta x 1,1 X 1,1
Kalau untuk lima tahun ke depan bagaimana?
Ulang perkalian tersebut sampai lima kali, seperti ini: Rp 4 juta x 1,1 X 1,1 X 1,1 X 1,1 X 1,1. Kalau untuk 12 tahun ke depan? Ulang sampai duabelas kali. Begitu seterusnya.
Memang, yang namanya perkiraan Biaya Pendidikan seringkali tidak bisa dihitung dengan cara yang sesederhana itu. Tapi melakukan perkiraan jelas masih lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Dengan adanya angka perkiraan seperti yang sudah Anda pelajari di atas tadi, maka Anda bisa lebih mudah dalam melakukan persiapan. Ibarat Anda sedang bepergian, Anda tahu dengan pasti ke mana arah yang sedang Anda tuju.
Jadi, kalau Anda ingin mempersiapkan dana pendidikan untuk anak Anda, hal yang paling penting adalah dengan melakukan perhitungan tentang berapa perkiraan jumlah Biaya Pendidikan anak Anda kelak. Dengan demikian, akan lebih mudah bagi Anda untuk mengatur strategi agar siap bila tiba saatnya nanti:-)

Sabtu, 11 Agustus 2007

Coba terjun ke politik - jadi Team Sukses

Sebenarnya... dari dulu minat politik gue tinggi sekali, pernah coba mau ngambil jurusan HI di UI dan ikut test AKABRI, cuma karena sikon... Rezim Orba yang otoriter... keinginan ini terpendam begitu saja, apalagi dulu gue gawe di BUMN.

Berpolitik bagi gue ini merupakan panggilan jiwa... melihat bangsa ini terpuruk, asset negara banyak dikuasai asing, pendidikan makin mahal, biaya kesehatan tidak terjangkau masyarakat umum, pengangguran di sekitar kita, narkoba, sex bebas, termarjinalkannya Ummat, dekadensi moral, kemiskinan,etc yang jangankan untuk memberi solusi, mengurainya saja... sudah pusing duluan.

Bangsa ini butuh banyak orang pintar yang jujur, bermoral, berani, ikhlas, mumpuni, peduli pada bangsa dan ummat, tidak takut tekanan IMF, Bank Dunia, AS dan sekutu2nya. Susah banget kayaknya muncul pemimpin seperti ini, tapi gue yakin itu ada dari 250 jt penduduk Indonesia.

Terus terang gue sangat hormat macam orang kayak Hidayat Nurwahid, Anas Urbaningrum, Baharudin Lopa (alm), Amien Rais, BJ Habibie, Rudini (alm), Mahatir Muhammad, Ahmadinedjad. Mereka walaupun kontorversi dan banyak digoyang berusaha keras untuk bangsanya tanpa neko2 (sepanjang track record yang gue dapat).

Begitu juga Pak Adang Daradjatun (calon DKI-1), bersama Dani Anwar (calon DKI-2) punya komitment kuat untuk membangun Jakarta yang berpihak kepada masyarakat, yang bebas KKN, membebaskan biaya pendidikan sampai SMA, memberikan berobat gratis bagi orang tak mampu, sembako yang terjangkau, serius menolak perjudian, miras, narkoba (begitu sebagian program yang disampaikan saat kampanye). Semoga janji ini bukan sekedar pemanis kampanye, terpilih atau tidak terpilih orang2 ini tetap harus membangun Jakarta sesuai porsinya.

Peran gue apa ya..? peran gue Juli-Agt kemarin, berusaha mensosialisasikan program2 Pak Adang, agar didukung masyarakat. Anda dukung juga ya..:-) sudah saatnya kita peduli dan mendukung orang2 yang baik untuk memimpin negeri ini. Soal kalah- menang bukan urusan kita, yang penting niat baik dan usaha kita... sudah dicatat di atas sana.

Ya Allah, hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan memohon pertolongan...